Minggu, 02 Juni 2013

reviewku

reviewku


Review Buku Pengantar Studi Islam

Oleh: Adib Irfauddin
123911023

Judul               : Studi Islam Kontemporer
Penulis             : M. Rikza Chamami, MSI
Penerbit           : Pustaka Rizki Putra (Semarang)
Tahun terbit     : Cetakan pertama, Desember 2012
Tebal buku      : 228 halaman+ xii
Baru-baru ini banyak berkembang organisasi-organisasi yang mengatas namakan Islam. Dimana terjadi berbagai perbedaan cara pandang fikir, tindakan, dan masih banyak lainnya. Semoga dengan adanya kajian studi Islam kontemporer ini, saya khususnya dan pembaca lainnya bisa berlaku inklusiv dalam penerimaan pendapat orang lain, dan berlaku eksklusiv dalam peribadatan agama yang dipegangnya.
H. A. R Gibb dalam bukunya mengatakan: Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna.

Bab 1: Pasang surut kebangkitan kebudayaan dan keilmuan: potret disintegrasi Abbasiyah.

Bicara tentang kejayaan peradaban Islam dimasa lalu, dan juga jatuhnya kemuliaan, itu seperti nostalgia. Banyak yang bilang, romantisme sejarah.

Dalam buku ini penulis menuliskan daulah Abbasiyah, dimana muncul banyak ilmuan yang muncul dimasa ini, seperti: al-Fara’ (tafsir), imam Abu Hanifah, imam Malik, imam Syafi’i, imam Ahmad bin Hambal (imam empat madzhab), ibn Sina, al-Razi, dan masih banyak lagi.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Abdullah al-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Dinasti Abbasiyah berkuasa dalam waktu yang sangat lama yaitu sekitar 508 tahun. Dalam rentang waktu itulah Islam menemukan momentum bangkitnya kebudayaan dan keilmuan.

Perkembangan dinasti Abbasiyah dapat dikodifikasikan menjadi tiga periode, yaitu:
1.      Periode perkembangan dan puncak kejayaan (750-950)
2.      Periode disintegrasi (950-1050)
3.      Periode kemunduran dan kehancuran (1050-1250)

Terjadinya disintegrasi ini yang nantinya akan berdampak pada gangguan intern dalam konsolidasi pemirintahan, politik, yang mana lambat laun akan menyebabkan kehancuran pemerintahan itu sendiri. Banyaknya dinasti-dinastikecil yang ingin meminta otonom tersendiri menjadi salah satu tanda yang signifikan akan terjadinya sebuah isintegrasi.

Bab 2: Kajian kritis dialektika fenomenologi dan Islam.

Islam merupakan produk Tuhan. Dimana banyak beranggapan bahwa kajian Islam adalah Arab (berdasarkan turunnya Islam). Seakan yang tidak ikut budaya, kultur Arab dianggapnya kafir. Dalam bab ini penulis menggambarkan metode kajian filsafat fenomenologi untuk mencari otentitas agama secara umum dan otentitas Islam secara khusus dengan melalui pendekatan studi agama.
Fenomenologi mempunyai arti gejala, metode, sumber berfikir yang kritis. Fenomenologi memperhatikan benda yang konkrit, dalam pengertian bukan wujud dari benda itu melainkan struktur pokok dari benda tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk memahami arti, peristiwa serta keterkaitannya terhadap orang – orang dalam situasi tertentu.

Pada seperempat abad yang pertama dari abad ke-20, fenomenologi menjadi mashur sebagai gerakan filsafat di Jerman yang kemudian menjalar ke Perancis dan Amerika Serikat yang dipelopori oleh Edmund Husserl, dan sekarang telah menjadi salah satu disiplin ilmu baru dalam filsafat. Fenomenologi mengakui empat kebenaran secara aksiologi. Salah satu tokoh Islam yang menggunakan fenomenologi dalam melihat Islam yaitu Hassan Hanafi, dengan bertumpu pada tiga alasan.

Dengan ini, sebenarnya dipersoalkan kebenaran pengertian kita untuk mencari pemecahan soal ini harus dilihat pendirian kita sehari-hari dalam mengartikan pengertian.

Bab 3: Filsafat materialisme Karl Mark dan Friedrick Engels

Filsafat seringkali disebut sebagai ilmu yang menyelidiki dan menentukan tujuan terakhir serta makna terdalam dari realita manusia. Filsafat juga dikatakan sebagai ilmu berfikir. Dalam bab ini penulis mengemkakan beberapa pemikiran studi filsafat materialisme Mark Karl dan Friedrick Engels.

Karl Heinrich Mark lahir di Trier, Jerman pada bulan Mei 1818. Ia ahli filsafat, namun dikenal sebagai lelaki yang payah, otoriter, serta suka memburukan temannya. Ia memiliki sahabat karib yang bernama Friedrich Engels, yang lahir di Barmen Jerman 1820. Mereka berdua mendapat julukan “Bapak Pendiri Komunis”, karena beberapa ide yang berhubungan dengan Marxisme, serta menulis Menifesto Partai komunis (1848).

Materialisme muncul sebagai reaksi ketidak sepakatan terhadap positivisme dan idealisme. Marx menganggap bahwa materi adalah hal yang utama, sementara pikiran wilayah konsep dan ide yang begitu penting bagi para pemikir yang sebenarnya hanya refleksi. Secara khusus prinsip itu mendasari dua tema yang menjadi inti pemikiran Mark yaitu: keyakinan bahwa realitas ekonomi menentukan perilaku manusia, tesis bahwa manusia adalah cerita perjuangan kelas.

Bab 4: Skeptisisme otentitas hadits: kritik orientalis Ignaz Goldziher

Hadits merupakan bagian dari sumber agama Islam. Pemahaman haditsdengan sebagaimana mestinya ini ternyata tidak dilakukan semua orang. Akan tetapi diluar Islam ada kalangan yang meragukan hadits sebagai sabda nabi yang bersifat suci.

Goldziher adalah seorang orientalis Hongaria, termasuk keturunan Yahudi. Goldziher telah menunjukan mutu intelektualnya yang tinggi sejak muda. Sesudah mempelajari manukriskip Arab di Leidin dan Weina pada tahun 1871, dia diangkat menjadi dosen privat di Budapest.

Hadits-hadits sebenarnya adalah rekayasa umat Islam dalam kurun kedua, ketiga hijriah yang mereka sandarkan pada perkatan, perbuatan, dan ketetapan Nabi. Lebih parahnya ada yang beranggapan bahwa isnad dibuat oleh ahli-ahli hadits untuk membenarkan dirinya sendiri. Lebih dari pada itu dalam bukunya Muhammadanische studiens ia mengatakan bahwa hadist bukan berasal dari Rasulullah, melainkan hanya catatan atas kemajuan Islam yang dicapai dalam bidang agama.

Bab 5: Telaah Sosio-Kultural: Manhaj Ahlul Madinah

Sepeninggal Rasul, umat islam dihadapkan dengan permasalahan tentang metode istimbad  hukum agar bisa menjawab serta menetapkan hukum terhadap suatu permasalahan yang muncul. Olehh karena itu, muncullah fatwa yang dibuat oleh mufti, biasanya diberikan untuk memecahkan masalah-masalah kontemporer.

Perbandingan tersebut pada umumnya terbatas dalam lingkungan madzhab pembahasannya saja. Hal ini dapat dilihat dari para fuqoha meletakkan peraturanyang diambil dari al-Quran, as-Sunah, ijma’, dan qiyas.

Dalam dasar-dasar syariat Islam sendiripun tidak ada yang asli produk Islam. Seperti halnya sahadat, sholat, puasa, dimana sebelum disyariatkan dalam Islam, syariat ini sudah dipakai oleh kaum-kaum sebelum Islam. Untuk menelaah apakah dalam pemikiran Islam tedapat unsur otentitas, tentuntya perlu ditelusuri dan  dipahami secara kritis.

Bab 6: Postmoderenisme: Realitas Filsafat Kontemporer

Gerakan postmodernisme telah merambah ke berbagai bidang kehidupan, termasuk seni, ilmu, filsafat, dan pendidikan. Arus postmodernisme, merupakan respon keras atas  modernisme yang mewarnai dan mempengaruhi diskursus intelektual di negeri ini.

Menurut J. F. Lyotard, dalam bukunya La Condition Postmoderne, postmodernisme adalah ketidak percayaan terhadap kebebasan, emansipasi kaum proletar, dan sebagainya. Bagi dia, postmoodernisme adalah sebuah intensifikasi modrnisme.

Sedangkan menurut I Bambang Sugiharto, postmodernisme adalah menunjuk kritik-kritik filosofis atas gambaran dunia, epistemologi dan ideologi-ideologi modern.

Tentang masalah modernisme terdapat dua aliran yang berbeda pendapat. Postmodernime skeptis menjawab setelah modernisme yang ada hanyalah pluralisme radikal atau relativitas, tanpa adanya makna atau kebenaran tunggal yang berperan sebagai pusat. Dalam Islam kajian postmodernisme menimbulkan adanya harapan yaitu timbulnya pluralitas dan sikap toleransi tapi sekaligus menimbulkan ancaman.

Bab 7: Potret metode dan corak tafsir Al-Azhar

Quran adalah kalam Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat Jibril. Agama memang membutuhkan tafsir untuk memudahkan umatnya dalam memahami makna pesan Tuhan dalam  kitab sucinya, bahkan sering terjadi ketegangan dalam agama, misalnya dimana penafsiran antara ortodok dan liberal yang keduanya jauh erbeda dalam pemaknaannya. Salah satu kitab tafsir yang terbit di Indonesia adalah tafsir al-Azhar karya Hamka.

Hamka merupakan cendekiawan mislim progresif asal tanah minang, yang mengiginkan kebangkitan kaum muslim dalam memerangi kebodohan. Penulisan tafsir al-Azhar berasal dari kuliah subuh di Masjid al-Azhar, sejak tahun 1959. Karena suasana polotik yang tidak mendukung Hamka di tangkap oleh penguasa Orde Lama, karena dianggap tidak sesuai dengan kebijakan dan dianggap membahayakan penguasa. Dimasa tahanan inilah Hamka mulai menulis Tafsir Al-Azhar. Setalah bangkitnya Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto akhirnya Hamka dibebaskan dari tuduhan. Kesempatan inilah digunakan untuk memperbaiki serta menyempurnakan, kemudian menerbitkannya.

Dalam penulisannya, Hamka menggunakan beberapa metode, yaitu: metode analitis (tahlili), corak kombinasi al-Adabi al-Ijtima’i Sufi.

Bab 8: Diskursus metode hermeneutika Al-Qur’an

Umat Islam baru-bary ini lebih suka memahami Quran dalam kehidupan sehari-hari secara tekstual. Akibatnya minimnya analisis historis-sosiologis-hermeneutis terhadap Islam, makanya Qur’an bisa tereduksi ataupun terputus dari konteks dan relevansi historisnya.

Hermeneutika secara etimologis berasal dari bahasa Yuanani yang berarti menafsirkan, menjelaskan, menginterpretasi. Hermeneutika mulai berkembang menjadi ilmu metode kritik histiografi sejak abad 18, dimana bangsa Eropa sedang mengapresiasi terhadap seni klasik. Yang dimaksud metode hermeneutika adalah cara-cara untuk menafsirkan simbol-simbol yang terwujud dalam teks atau bentuk-bentuk lainnya.

Menurut Richard E. Palmer, hermeneutika dibagi menjadi 6 kategori: sebagai teori penafsiran kitab suci, sebagai metode filologi, sebagai pemahaman linguistik, sebagai pondasi dari geisteswissenschaft, sebagai fenomenologi dasein, sebagai sistem interpretasi.

Bab 9: Jawa dan Tradisi Islam Penafsiran Historiografi Jawa Mark Woodward

Mark R.Woodward adalah seorang profesor Islam dan agama-agama Asia Tenggara di Arizona State University. Sosok yang sangat tegas menyatakan bahwa Islam Jawa adalah Islam.

Mark berpendapat bahwa Islam Jawa yang kemudian disebut sebagai “kejawen” sejatinya bukan sinkretisme antara Islam dan Jawa, tetapi tidak lain hanyalah varian Islam. Seperti halnya berkembang Islam Arab, Islam India, Islam Maroko, Islam Syiria, dan lain-lain. Yang paling mencolok dari Islam Jawa menurutnya adalah kecepatan dan kedalamanya menekan masyarakat Hindu-Budha yang paling maju atau sophisticated. Perubahan itu terjadi begitu cepat. Sehingga masyarakat Jawa seakan tidak sadar kalau sudah terjadi transformasi sistem teologi.

Bab 10: Reinterpretasi Profil Peradaban Islam

Islam pernah mengalami kejayaan yang luar biasa, adapun pusat peradaban Islam saat itu berada di Baghdad, Kairo. Persia, Istambul (Turki). Ketika itu Islam memiliki perpustakaan yang dipenuhi beribu–ribu buku ilmu pengetahuan yang disebut Bait al Hikam (Baghdad), adanya pembaharuan dibidang administrasi, pembangunan ekonomi, serta toleransi beragama, melakukan pembangunan di berbagai sektor (Persia, Istambul). Kemajuan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: adanya niat baik dari penguasa untuk memajukan Islam, Sumberdaya manusia yang handal, serta letak geografis. Namun karena kelengahan umat Islam, kejayaan itupun akhirnya rutuh yang ditandai dengan runtuhnya dinasti Abbasiyah oleh pasukan Mongol.

Kritik dan Saran

1.      Banyak istilah-istilah ilmiah yang seukar dipahami semua golongan, seakan buku ini hanya untuk kalangan akademik.
2.      Ada beberapa istilah, penulisan, serta kata-kata yang rancau, seperti dihalaman 4, 29, 32, dan 140.
3.      Harusnya bab 1 dan 10 dijadikan dalam satu bab.
4.      Pada bab ketiga, alangkah lebih baiknya jika diimbangi dengan filosof dari Timur Tengah (Muslim).


Kamis, 16 Mei 2013


MAKALAH
PENGERTIAN dan  RUANG LINGKUP STUDI ISLAM
Dipresentasikan dalam Mata Kuliah
Pengantar Studi Islam
Yang diampu oleh: M. Rikza Chamami, MSI

M. Irfan (123911005)
Adib Irfauddin (123911023)
Afrizal Hadi S. (123911025)
Agus Setiyono (123911027)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
TAHUN 2013



I.            PENDAHULUAN
Secara sosiologis bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, yang sangat memperhatikan agama sebagai pedomandalam kehidupan sehari-hari secara individual dalam pergaulan masyarakat, seperti perkawinan, waris, kelahiran dan lain sebagainya. Demikian juga dalam lembaga ketatanegaraan, seperti pengadilan agama, sumpah jabatan dan sebagainya.
Akhlaq yang tinggi dan budi pekerti yang luhur merupakan cita-cita pendidikan Indonesia dari zaman kezaman. Oleh karena itu, pendidikan Islam sudah ada sejak lama di Indonesia sebelum merdeka, namun setelah merdeka, pendidikan agama memperoleh status formal sebagai mata kuliah disekolah-sekolah negeri walaupun pada awalnya hanya merupakan mata pelajaran pilihan. Kemudian pada tumbangnya komunis di Indonesia pada tahun 1966, MPRS telah menetapkan pendidikan agama sebagai mata pelajaran wajib di sekolah dan perguruan tinggi.
Dengan demikian, pendidikan agama mempunyai status yang kuat segabai mata pelajaran wajib bagi semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
            Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, Islam pernah menunjukan masa gemilang terutama pada masa Abbasiyah di Baghdad, dan bani Umayah di Cordofa, Andalusia Sepanyol, sehingga lahirlah para intelektual muslim seperti al-Gozali, ibn Rush dalam bidang filsafat, ibn Shina dalam bidang kedokteran, ibn Khaldun dalam bidang sosiologi dan sebagainya. Dalam hal ini Philip k. Hitti memaparkan secara panjang lebar tentang kejayaan dunia Islam dalam ilmu pengetahuan serta sumbangannya untuk dunia saat ini. Bahkan Gustave L’Bone yang dikutip Harun Nasution, antara lain orang Arablah (Islam) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban. Merekalah yang menjadi guru kita selama 6 abad.
            Kemudian pada masa ini, para sarjana mencoba mencocokan teori mereka pada Qur’an. Prof. Dr. Ahmad Baiqoni dalam bukunya Islam dan pengetahuan modern ketika mengungkapkan ruang angkasa antara lain menyatakan bahwa jerih payah yang dijalani ratusan tahun lamanya telah dapat membuka apa yang telah lama diwahyukan dalam Qur’an, sehingga manusia dapat memahami ayat-ayat dalam Qur’an yang bersangkutan dengan melakukan intidhor  dan pengembangan sains.


    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaiman Pengertian Studi Islam?
B.     Apa Ruang Lingkup Studi Islam?
C.     Apa Tujuan Studi Islam?
D.    Bagaiman Pendekatan dan Metodologi Studi Islam?


 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Studi Islam
Istilah studi Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic Studies, dan dalam bahasa Arab adalah Dirosah al-islamiyyah. Ditinjau dari sisi pengertian, studi Islam secara sederhana dimaknai sebagai kajian islam. Pengertian studi islam sebagai kajian Islam sesungguhnya memiliki cakupan makna dan pengertian yang luas. Hal ini wajar adanya sebab sebuah istilah akan memiliki makna tergantung pada mereka yang menafsirkannya. Karena penafsir memeiliki latar belakang yang berbeda satu sama lainnya, baik latar belakang studi, bidang keilmuan, pengalaman maupun berbagai  perbedaan lainnya, maka rumusan dan pemaknaan yang dihasilkannya pun juga akan berbeda.
Selain itu, kata studi Islam sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata studi dan kata Islam. Kata studi memiliki berbagai pengertian. Rumusan Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahan dengan maksut untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu ketrampilan.[1]
Sementara Moh. Hatta mengartikan studi sebagai mempelajari sesuatu untuk mengerti kedudukan masalanya, mencari pengetahuan tentang sesuatunya didalam hubungan sebab dan akibatnya, ditinjau dari jurusan tertentu, dan dengan metode yang tertentu pula. Bukan menghafalkan atau menerima apa saja yang dibentangkan orang lain, melainkan memahaminya dengan pikiran yang kritis.[2]
Dua definisi ini memberikan penjelasan tentang bagaimana sebuah kata dimaknai secara berbeda. Namun demikian, jika kita cermati, kata studi dalam konteks kedua pengertian diatas memiliki beberapa persamaan. Hal utama yang menjadi kesamaan adalah usaha yang dilakukan secara terus menerus dan kritis dalam melakukan kajian atas sebuah fenomena.
Sementara kata Islam sendiri memiliki arti dan makna yang jauh lebih kompleks. Kata Islam berasal dari kata aslama yang berati patuh dan berserah diri. Kata ini berakar pada kata silm yang berarti selamat, sejahtera dan damai. Orang yang menyatakan dirinya Islam atau berserah diri, tunduk dan patuh pada kehendak pencipta-Nya disebuut muslim. Kedamaian akan tercipta dengan adanya penyerahan serta kepatuhan (Islam) kepada sang Pencipta.[3]
Gabungan dari kata studi dan Islam ini menghasilkan makna yang baru yang berbeda dengan makna ketika kata tersebut masih menjadi kata yang tunggal. Menurut Nurhakim, penggunaan istilah studi Islam bertujuan untuk mengungkapkan beberapa maksut. Pertama, studi Islam yang dikonotasikan dengan aktivitas dan program-program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya, seperti pengkajian tentang konsep zakat profesi. Kedua, studi Islam yang dikonotasikan dengan materi, sobjek, bidang, dan kurikulum suatu kajian atas Islam, seperti ilmu-ilmu agama Islam (fiqh, kalam). Ketiga, studi islam yang dikonotasikan dengan institusi-intitusi pengkajian Islam, baik dilakukan secara formal, seperti di UIN, IAIN, atau pun STAIN, maupun yang dilakukan secara non formal, seperti pada forum-forum kajian dan halaqah-halaqah.[4]
Sementara Jacques Waardenburg menyatakan bahwa studi Islam meliputi kajian agama Islam dan tentang aspek keislaman masyarakat dan budaya muslim. Atas dasar pembedaan ini, demikian Wardenburg, ia mengidentifikasi tiga pola kerja berbeda yang masuk dalam ruang studi Islam. Pertama, pada umumnya kajian normatif ajaran Islam dikembangkan oleh sarjana muslim untuk memperoleh ilmu pengetahuan atas kebenaran agama Islam. Kedua, kajian non normatif agama Islam. Biasanya kajian dalam jenis ini dilakukan diberbagai universitas dalam bentuk kajian yang lebih mendalam dari suatu ajaran Islam, dan apa yang terus mengalami perkembangan dalam Islam sehingga menjadi suatu yang hidup secara dinamis dalam bentuk ekspresi faktual keagamaann muslim. Ketiga, kajian non normatif atas berbagai aspek keislaman yang berkaitan dengan kultur dan masyarakat muslim. Dalam lingkup yang lebih luas, kajian ini tidak secara langsung terkait dengan Islam sebagai sebuah norma. Kajian ini mengambil cakupan konteks yang lebih luas, mendekati keislaman dari sudut sejarah, literatur, atau sosiologii dan antropologi budaya, dan tidak hanya terfokus pada satu perspektif saja, yaitu studi Islam.[5]
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohani dan jasmani juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.
Berdasarkan paparan diatas dapat dipahami bahwa studi Islam memiliki cakupan makna, pembagian, dan juga bidang garap yang berbeda. Namun demikian, titik tekan temunya terletak pada ajaran islam besertamanifestasinya.

B.     Ruang Lingkup Studi Islam
Dalam upaya mengkaji Islam dan sekaligus menjelaskan ruang limgkup kajian dalam Islam, para ulama’ membuat pengelompokan dan berbeda istilah. Ada ulama’ yang menyebut disiplin keilmuan, dan ada juga yang menyebut pembidangan keilmuan. Dengan demikian, dalam pembahasan ini istilah tersebut digunakan untuk menunjuk pembahasan yang sama, klasifikasi sekaligus pengelompokan ini dapat menjedi objek kajian Islam. Ulama salaf mengklasifikasikan ajaran Islam menjadi tiga aspek:
1.      Akidah,
2.      Syari’ah, dan
3.      Akhlaq-tasawuf.[6]
Sejumlah ulama’ lain mengklasifikasikan menjadi:
1.      Ilmu kalam,
2.      Ilmu fiqih, dan
3.      Ilmu akhlaq.[7]
      Sementara pemikir kontemporer mengklasifikasikan berdasarkan kronologi kelahirannya, yakni:
1.      Ketatanegaraan dan hukum,
2.      Teologi,
3.      Tasawuf, dan
4.      Filsafat.[8]
      Bentuk klasifikasi ini mirip dengan ilmuwan kontemporer asal Mesir Nasr Hamid Abdul Hamid yang kini tinggal di Belanda, yakni:
1.      Hukum,
2.      Teologi,
3.      Filsafat, dan
4.      Tasawuf/ mistik.[9]
      Jika diurai lebih lanjut, berkaitan dengan pembagian ruang lingkup ilmu pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi:
Pertama: material, dikarenakan cakupannya yang luas, maka objek ini dapat dibagi dalam berbagai segmen yang terkandung didalamnya. Misalnya yang berkaitan dengan hukum, maka kita harus membaginya dalam beberapa kategori yang didalamnya ada ilmu hukum, misalnya perdata, pidana, dan lain-lain. Kedua: formal, yang merupakan landasan untuk membentuk atau merumuskan suatu pemilihan tertentu, atau aspek baru dalam objek material yang sama. Misalnya, sains tubuh manusia dapat dibagi dalam anatomi, fisiologi, antropologi fisik, patologi dan lain-lain.[10]

C.    Tujuan Studi Islam
Studi Islam sebagai sebuah kajian secara sistematis terhadap Islam yang memiliki tujuan. Kegiatan apapun, apalagi studi Islam, akan lebih mudah tercapai manakala ditetapkan tujuannya secara konkret. Adanya tujuan akan memudahkan kepada siapa pun yang sedang melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapainya. Selain itu, tujuan yang jelas dapat memudahkan untuk melihat sejauh mana usaha yang dilakukan telah mencapai hasil atau jika belum berhasil, apa yang menjadi penghambatnya dan bagaiman mencari jalan keluarnya.
Secara garis besar, tujuan studi Islam adalah:[11] pertama, mempelajari secara mendalam tentang hakikat Islam, bagaimana posisinya dengan agama lain dan bagaimana hubungannya dengan dinamika perkembangan yang terus berlangsung.
Agama Islam diturunkan Allah SWT. Dengan tujuan untuk membimbing, mengarahkan, dan menyempurnakan pertumbuhan, dan perkembangan agama-agama dan budaya yang pada awalnya hanya berdasarkan pada daya nalar dan tidak sedikit mengarah pada penyimpangan, diarahkan oleh Islam menjadi agama monotheisme yang benar.
Kedua, mempelajari secara mendalam terhadap sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis serta aktualisasinya sepanjang sejarah. Studi ini berdasar kepada asumsi bahwa agama Islam adalah agama samawi terakhir yang membawa ajaran yang bersifat final, mampu memecahkan persoalan kehidupan manusia, menjawab tantangan dan senantiasa aktual sepanjang masa.
            Ketiga, mempelajari secara mendalam terhadap pokok isi ajaran Islam yang asli dan bagaimana operasionalisasi daam pertumbuhan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarah.
     Keempat, mempelajari secara mendalam terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai ajaran Islam dan bagaimana perwujudannya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
Dengan menyimak terhadap keempat tujuan ini, studi Islam diharapkan agar lebih jelas arahnya. Tujuan ini menjadi semacam titik yang akan dituju dengan berbagai sarana dan  metode untuk mencapainya.

D.    Pendekatan dan Metodologi Studi Islam
Untuk  melakukan studi islam, ada beberapa istilah yang perlu di pahami dengan baik. Pemahaman terhadap istilah-istilah ini akan memudahkan untuk memasuki bidang studi islam. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan, dan metodologi.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. Ada beberapa istilah pendekatan dalam kajian studi islam yaitu: pendekatan normatif, pendekatan yuridis, pendekatan humaniora, pendekatan integratif, dan pendekatan indisipliner.
Sementara metodologi berasal dari tiga kata yunani, yaitu meta, hetodos, dan logos. Meta berarti menuju, melalui, dan mengikuti. Hetodos berarti jalan atau cara. Maka kata methodos (metode) berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai sesuatu. Dengan demikian, metode merupakan langkah langkah praktis dan sistematis yang ada dalam ilmu-ilmu tertentu yang sudah tidak di pertanyakan lagi karena sudah bersifat aplikaatif. Metode dalam suatu ilmu dianggap sudah bisa mengantarkan seseorang untuk mencapai kebenaran dalam ilmu tersebut atau dalam makna yang lain, metode adalah suatu cara, jalan, petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, sehingga memiliki sifat yang praktis.
Ketika kata metode di gabung dengan kata kata logos maka maknanya menjadi berubah. Logos berarti “studi tentang’’ atau “teori tentang’’. Metodologi di sebut pula sebagai ‘Science of Methods’, yaitu ilmu yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga metodologi penelitian membahas tentang konsep teoritik  berbagai metode.

 IV.            KESIMPULAN
Pengertian dari studi Islam yang dapat diartikan sebagai usaha-usaha secara sistematis dan metodis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu, ruang lingkup kajian yang dibagi dua periode. Periode salafi yang meliputi Akidah (ilmu kalam), Syari’ah (ilmu fiqih), Akhlaq-tasawuf (ilmu akhlaq). Kemudian dimasa kontemporer yang dipelopori oleh Nasr Hamid Abdul Hamid, menyimpulkan: Hukum, Teologi, Tasawuf, filsafat. Tujuan dalam kajian studi Islam yang yaitu: Mempelajari secara mendalam tentang hakikat Islam, mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam, mempelajari secara mendalam terhadap pokok isi ajaran Islam,  mempelajari secara mendalam terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai ajaran Islam. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Sedangkan metode merupakan cara mengerjakan sesuatu. Ilmu yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga metodologi penelitian membahas tentang konsep teoritik  berbagai metode, inilah akar dari metodologi, dari kata meta, hetodoa, dan logos.



    V.            PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun, semoga bermanfaat bagi pemakalah sendiri dan pembaca pada umumnya. Dan semoga makalah yang kita diskusikan dapat mempertebal keyakinan kita kepada Allah SWT, yang telah memberikan akal pikiran sehingga kita dapat mempelajari dan menjaga semua yang telah di ciptakan olehnya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun maupun menyampaikan makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan kami  tampung, guna untuk memperbaiki makalah ini.
Dan semoga, makalah-makalah yang selanjutnya akan lebih baik dari makalah  yang telah kami buat.
























DAFTAR PUSTAKA
Abuddin, Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2009.
Atang, Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Khoituddin, Nasution,  Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA+TAZZAFA, 2010.
Muhammad Amin, Syukur, Metodologi Studi Islam, Semarang: percetakan gunung  jati, 1998.
Ngainun, Naim, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: penerbit teras, 2012.






















Biodata Pemakalah
Nama: Muhammad Irfan
NIM: 123911005
Jurusan/ prodi: PGMI
TTL: Tegal, 7 Mei 1994
Pendidikan: MI Al-Koiriyyah Bandung, (2000-2006)
                   MTs NU 01 Tegal, (2006-2009)
                   MAN Pemalang, (2009-2012)
                   IAIN Wali Songo Semarang, (2012- sampai sekarang)
Alamat: Ds. Kendayakan, rt/ rw: 01/ 04, Kec. Warureja, Kab. Tegal.
Nomor telepon/ Hp: 085740180307
Email: mandore93@gmail.com

Nama: Adib Irfauddin
NIM: 123911023
Jurusan/ prodi: PGMI
TTL: Kendal, 02 Mei 1993
Pendidikan: MI Darun Na’im, Pucang rejo, (1999-2005)
MTs Futuhiyyah- 01, Mranggen, (2005-2008)
MA Futuhiyyah- 01, Mranggen, (2008-2011)
IAIN Wali Songo Semarang, (2012- sampai sekarang)
Alamat: Ds. Pucang rejo, rt/ rw: 01/ 01, Kec. Gemuh, Kab. Kendal.
Nomor telepon/ HP: 085647773248
Email: Irfa.adib@gmail.com

Nama: Afrizal Hadi S.
NIM: 123911025
Jurusan/ prodi: PGMI
TTL: Jepara 17 Maret 1994
Pendidikan: SD N 02, Sawon lor, (2000-2006)
                   SMP N 01, Kedung, (2006-2009)
                   SMA Wali Songo, Pecangaan, (2009-2012)
                   IAIN Wali Songo Semarang, (2012- sampai sekarang)
Alamat: Ds. Sowan lor, Kec. Kedung, Kab. Jepara
Nomor telepon/ HP: 085641587807
Email: afrizal_hadi9@yahoo.co.id

Nama: Agus Setiyono
NIM: 123911027
Jurusan/ prodi: PGMI
TTL: Semarang, 12 Agustus 1992
Pendidikan: SD N Kewengen 02 Semarang, (1999-2005)
                   MTs Kawengen Semarang, (2005-2008)
                   SMK N 11 Semarang, (2008-2011)
                   IAIN Wali Songo Semarang, (2012- sampai sekarang)
Alamat: Ungaran, Semarang
Nomor telepon/ Hp: 085727614279
Email: agussetiyono13@yahoo.co.id



[1] . Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras, 2009, hlm. 2.
[2]. Ibid.
[3]. Ibid. Hlm. 3.
[4]. Ibid. Hlm. 4.  
[5]. Ibid. Hlm. 4-5.
[6] . Khoituddin Nasution, Pengantar Stud Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA+ TAFFAZA, 2010, hlm., 28.
[7] . Ibid. Hlm. 29
[8] . Ibid.
[9] . Ibid.
[10] . Amin Syukur, Metodologi Studi Islam, Semarang: Gunung Jati, 1998, hlm., 20-21.
[11] . Ibid. Hlm. 15-17