Minggu, 02 Juni 2013

reviewku

reviewku


Review Buku Pengantar Studi Islam

Oleh: Adib Irfauddin
123911023

Judul               : Studi Islam Kontemporer
Penulis             : M. Rikza Chamami, MSI
Penerbit           : Pustaka Rizki Putra (Semarang)
Tahun terbit     : Cetakan pertama, Desember 2012
Tebal buku      : 228 halaman+ xii
Baru-baru ini banyak berkembang organisasi-organisasi yang mengatas namakan Islam. Dimana terjadi berbagai perbedaan cara pandang fikir, tindakan, dan masih banyak lainnya. Semoga dengan adanya kajian studi Islam kontemporer ini, saya khususnya dan pembaca lainnya bisa berlaku inklusiv dalam penerimaan pendapat orang lain, dan berlaku eksklusiv dalam peribadatan agama yang dipegangnya.
H. A. R Gibb dalam bukunya mengatakan: Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna.

Bab 1: Pasang surut kebangkitan kebudayaan dan keilmuan: potret disintegrasi Abbasiyah.

Bicara tentang kejayaan peradaban Islam dimasa lalu, dan juga jatuhnya kemuliaan, itu seperti nostalgia. Banyak yang bilang, romantisme sejarah.

Dalam buku ini penulis menuliskan daulah Abbasiyah, dimana muncul banyak ilmuan yang muncul dimasa ini, seperti: al-Fara’ (tafsir), imam Abu Hanifah, imam Malik, imam Syafi’i, imam Ahmad bin Hambal (imam empat madzhab), ibn Sina, al-Razi, dan masih banyak lagi.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Abdullah al-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Dinasti Abbasiyah berkuasa dalam waktu yang sangat lama yaitu sekitar 508 tahun. Dalam rentang waktu itulah Islam menemukan momentum bangkitnya kebudayaan dan keilmuan.

Perkembangan dinasti Abbasiyah dapat dikodifikasikan menjadi tiga periode, yaitu:
1.      Periode perkembangan dan puncak kejayaan (750-950)
2.      Periode disintegrasi (950-1050)
3.      Periode kemunduran dan kehancuran (1050-1250)

Terjadinya disintegrasi ini yang nantinya akan berdampak pada gangguan intern dalam konsolidasi pemirintahan, politik, yang mana lambat laun akan menyebabkan kehancuran pemerintahan itu sendiri. Banyaknya dinasti-dinastikecil yang ingin meminta otonom tersendiri menjadi salah satu tanda yang signifikan akan terjadinya sebuah isintegrasi.

Bab 2: Kajian kritis dialektika fenomenologi dan Islam.

Islam merupakan produk Tuhan. Dimana banyak beranggapan bahwa kajian Islam adalah Arab (berdasarkan turunnya Islam). Seakan yang tidak ikut budaya, kultur Arab dianggapnya kafir. Dalam bab ini penulis menggambarkan metode kajian filsafat fenomenologi untuk mencari otentitas agama secara umum dan otentitas Islam secara khusus dengan melalui pendekatan studi agama.
Fenomenologi mempunyai arti gejala, metode, sumber berfikir yang kritis. Fenomenologi memperhatikan benda yang konkrit, dalam pengertian bukan wujud dari benda itu melainkan struktur pokok dari benda tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk memahami arti, peristiwa serta keterkaitannya terhadap orang – orang dalam situasi tertentu.

Pada seperempat abad yang pertama dari abad ke-20, fenomenologi menjadi mashur sebagai gerakan filsafat di Jerman yang kemudian menjalar ke Perancis dan Amerika Serikat yang dipelopori oleh Edmund Husserl, dan sekarang telah menjadi salah satu disiplin ilmu baru dalam filsafat. Fenomenologi mengakui empat kebenaran secara aksiologi. Salah satu tokoh Islam yang menggunakan fenomenologi dalam melihat Islam yaitu Hassan Hanafi, dengan bertumpu pada tiga alasan.

Dengan ini, sebenarnya dipersoalkan kebenaran pengertian kita untuk mencari pemecahan soal ini harus dilihat pendirian kita sehari-hari dalam mengartikan pengertian.

Bab 3: Filsafat materialisme Karl Mark dan Friedrick Engels

Filsafat seringkali disebut sebagai ilmu yang menyelidiki dan menentukan tujuan terakhir serta makna terdalam dari realita manusia. Filsafat juga dikatakan sebagai ilmu berfikir. Dalam bab ini penulis mengemkakan beberapa pemikiran studi filsafat materialisme Mark Karl dan Friedrick Engels.

Karl Heinrich Mark lahir di Trier, Jerman pada bulan Mei 1818. Ia ahli filsafat, namun dikenal sebagai lelaki yang payah, otoriter, serta suka memburukan temannya. Ia memiliki sahabat karib yang bernama Friedrich Engels, yang lahir di Barmen Jerman 1820. Mereka berdua mendapat julukan “Bapak Pendiri Komunis”, karena beberapa ide yang berhubungan dengan Marxisme, serta menulis Menifesto Partai komunis (1848).

Materialisme muncul sebagai reaksi ketidak sepakatan terhadap positivisme dan idealisme. Marx menganggap bahwa materi adalah hal yang utama, sementara pikiran wilayah konsep dan ide yang begitu penting bagi para pemikir yang sebenarnya hanya refleksi. Secara khusus prinsip itu mendasari dua tema yang menjadi inti pemikiran Mark yaitu: keyakinan bahwa realitas ekonomi menentukan perilaku manusia, tesis bahwa manusia adalah cerita perjuangan kelas.

Bab 4: Skeptisisme otentitas hadits: kritik orientalis Ignaz Goldziher

Hadits merupakan bagian dari sumber agama Islam. Pemahaman haditsdengan sebagaimana mestinya ini ternyata tidak dilakukan semua orang. Akan tetapi diluar Islam ada kalangan yang meragukan hadits sebagai sabda nabi yang bersifat suci.

Goldziher adalah seorang orientalis Hongaria, termasuk keturunan Yahudi. Goldziher telah menunjukan mutu intelektualnya yang tinggi sejak muda. Sesudah mempelajari manukriskip Arab di Leidin dan Weina pada tahun 1871, dia diangkat menjadi dosen privat di Budapest.

Hadits-hadits sebenarnya adalah rekayasa umat Islam dalam kurun kedua, ketiga hijriah yang mereka sandarkan pada perkatan, perbuatan, dan ketetapan Nabi. Lebih parahnya ada yang beranggapan bahwa isnad dibuat oleh ahli-ahli hadits untuk membenarkan dirinya sendiri. Lebih dari pada itu dalam bukunya Muhammadanische studiens ia mengatakan bahwa hadist bukan berasal dari Rasulullah, melainkan hanya catatan atas kemajuan Islam yang dicapai dalam bidang agama.

Bab 5: Telaah Sosio-Kultural: Manhaj Ahlul Madinah

Sepeninggal Rasul, umat islam dihadapkan dengan permasalahan tentang metode istimbad  hukum agar bisa menjawab serta menetapkan hukum terhadap suatu permasalahan yang muncul. Olehh karena itu, muncullah fatwa yang dibuat oleh mufti, biasanya diberikan untuk memecahkan masalah-masalah kontemporer.

Perbandingan tersebut pada umumnya terbatas dalam lingkungan madzhab pembahasannya saja. Hal ini dapat dilihat dari para fuqoha meletakkan peraturanyang diambil dari al-Quran, as-Sunah, ijma’, dan qiyas.

Dalam dasar-dasar syariat Islam sendiripun tidak ada yang asli produk Islam. Seperti halnya sahadat, sholat, puasa, dimana sebelum disyariatkan dalam Islam, syariat ini sudah dipakai oleh kaum-kaum sebelum Islam. Untuk menelaah apakah dalam pemikiran Islam tedapat unsur otentitas, tentuntya perlu ditelusuri dan  dipahami secara kritis.

Bab 6: Postmoderenisme: Realitas Filsafat Kontemporer

Gerakan postmodernisme telah merambah ke berbagai bidang kehidupan, termasuk seni, ilmu, filsafat, dan pendidikan. Arus postmodernisme, merupakan respon keras atas  modernisme yang mewarnai dan mempengaruhi diskursus intelektual di negeri ini.

Menurut J. F. Lyotard, dalam bukunya La Condition Postmoderne, postmodernisme adalah ketidak percayaan terhadap kebebasan, emansipasi kaum proletar, dan sebagainya. Bagi dia, postmoodernisme adalah sebuah intensifikasi modrnisme.

Sedangkan menurut I Bambang Sugiharto, postmodernisme adalah menunjuk kritik-kritik filosofis atas gambaran dunia, epistemologi dan ideologi-ideologi modern.

Tentang masalah modernisme terdapat dua aliran yang berbeda pendapat. Postmodernime skeptis menjawab setelah modernisme yang ada hanyalah pluralisme radikal atau relativitas, tanpa adanya makna atau kebenaran tunggal yang berperan sebagai pusat. Dalam Islam kajian postmodernisme menimbulkan adanya harapan yaitu timbulnya pluralitas dan sikap toleransi tapi sekaligus menimbulkan ancaman.

Bab 7: Potret metode dan corak tafsir Al-Azhar

Quran adalah kalam Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat Jibril. Agama memang membutuhkan tafsir untuk memudahkan umatnya dalam memahami makna pesan Tuhan dalam  kitab sucinya, bahkan sering terjadi ketegangan dalam agama, misalnya dimana penafsiran antara ortodok dan liberal yang keduanya jauh erbeda dalam pemaknaannya. Salah satu kitab tafsir yang terbit di Indonesia adalah tafsir al-Azhar karya Hamka.

Hamka merupakan cendekiawan mislim progresif asal tanah minang, yang mengiginkan kebangkitan kaum muslim dalam memerangi kebodohan. Penulisan tafsir al-Azhar berasal dari kuliah subuh di Masjid al-Azhar, sejak tahun 1959. Karena suasana polotik yang tidak mendukung Hamka di tangkap oleh penguasa Orde Lama, karena dianggap tidak sesuai dengan kebijakan dan dianggap membahayakan penguasa. Dimasa tahanan inilah Hamka mulai menulis Tafsir Al-Azhar. Setalah bangkitnya Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto akhirnya Hamka dibebaskan dari tuduhan. Kesempatan inilah digunakan untuk memperbaiki serta menyempurnakan, kemudian menerbitkannya.

Dalam penulisannya, Hamka menggunakan beberapa metode, yaitu: metode analitis (tahlili), corak kombinasi al-Adabi al-Ijtima’i Sufi.

Bab 8: Diskursus metode hermeneutika Al-Qur’an

Umat Islam baru-bary ini lebih suka memahami Quran dalam kehidupan sehari-hari secara tekstual. Akibatnya minimnya analisis historis-sosiologis-hermeneutis terhadap Islam, makanya Qur’an bisa tereduksi ataupun terputus dari konteks dan relevansi historisnya.

Hermeneutika secara etimologis berasal dari bahasa Yuanani yang berarti menafsirkan, menjelaskan, menginterpretasi. Hermeneutika mulai berkembang menjadi ilmu metode kritik histiografi sejak abad 18, dimana bangsa Eropa sedang mengapresiasi terhadap seni klasik. Yang dimaksud metode hermeneutika adalah cara-cara untuk menafsirkan simbol-simbol yang terwujud dalam teks atau bentuk-bentuk lainnya.

Menurut Richard E. Palmer, hermeneutika dibagi menjadi 6 kategori: sebagai teori penafsiran kitab suci, sebagai metode filologi, sebagai pemahaman linguistik, sebagai pondasi dari geisteswissenschaft, sebagai fenomenologi dasein, sebagai sistem interpretasi.

Bab 9: Jawa dan Tradisi Islam Penafsiran Historiografi Jawa Mark Woodward

Mark R.Woodward adalah seorang profesor Islam dan agama-agama Asia Tenggara di Arizona State University. Sosok yang sangat tegas menyatakan bahwa Islam Jawa adalah Islam.

Mark berpendapat bahwa Islam Jawa yang kemudian disebut sebagai “kejawen” sejatinya bukan sinkretisme antara Islam dan Jawa, tetapi tidak lain hanyalah varian Islam. Seperti halnya berkembang Islam Arab, Islam India, Islam Maroko, Islam Syiria, dan lain-lain. Yang paling mencolok dari Islam Jawa menurutnya adalah kecepatan dan kedalamanya menekan masyarakat Hindu-Budha yang paling maju atau sophisticated. Perubahan itu terjadi begitu cepat. Sehingga masyarakat Jawa seakan tidak sadar kalau sudah terjadi transformasi sistem teologi.

Bab 10: Reinterpretasi Profil Peradaban Islam

Islam pernah mengalami kejayaan yang luar biasa, adapun pusat peradaban Islam saat itu berada di Baghdad, Kairo. Persia, Istambul (Turki). Ketika itu Islam memiliki perpustakaan yang dipenuhi beribu–ribu buku ilmu pengetahuan yang disebut Bait al Hikam (Baghdad), adanya pembaharuan dibidang administrasi, pembangunan ekonomi, serta toleransi beragama, melakukan pembangunan di berbagai sektor (Persia, Istambul). Kemajuan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: adanya niat baik dari penguasa untuk memajukan Islam, Sumberdaya manusia yang handal, serta letak geografis. Namun karena kelengahan umat Islam, kejayaan itupun akhirnya rutuh yang ditandai dengan runtuhnya dinasti Abbasiyah oleh pasukan Mongol.

Kritik dan Saran

1.      Banyak istilah-istilah ilmiah yang seukar dipahami semua golongan, seakan buku ini hanya untuk kalangan akademik.
2.      Ada beberapa istilah, penulisan, serta kata-kata yang rancau, seperti dihalaman 4, 29, 32, dan 140.
3.      Harusnya bab 1 dan 10 dijadikan dalam satu bab.
4.      Pada bab ketiga, alangkah lebih baiknya jika diimbangi dengan filosof dari Timur Tengah (Muslim).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar