Review Buku Pengantar Studi Islam
Oleh: Adib Irfauddin
123911023
Judul : Studi Islam Kontemporer
Penulis : M. Rikza Chamami, MSI
Penulis : M. Rikza Chamami, MSI
Penerbit : Pustaka Rizki Putra (Semarang)
Tahun terbit : Cetakan pertama, Desember 2012
Tebal buku : 228 halaman+ xii
Baru-baru
ini banyak berkembang organisasi-organisasi yang mengatas namakan Islam. Dimana
terjadi berbagai perbedaan cara pandang fikir, tindakan, dan masih banyak
lainnya. Semoga dengan adanya kajian studi Islam kontemporer ini, saya
khususnya dan pembaca lainnya bisa berlaku inklusiv dalam penerimaan pendapat
orang lain, dan berlaku eksklusiv dalam peribadatan agama yang dipegangnya.
H. A. R Gibb
dalam bukunya mengatakan: Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah
agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna.
Bab 1: Pasang surut kebangkitan kebudayaan dan
keilmuan: potret disintegrasi Abbasiyah.
Bicara tentang kejayaan peradaban Islam dimasa lalu,
dan juga jatuhnya kemuliaan, itu seperti nostalgia. Banyak yang bilang,
romantisme sejarah.
Dalam buku ini penulis menuliskan daulah Abbasiyah,
dimana muncul banyak ilmuan yang muncul dimasa ini, seperti: al-Fara’ (tafsir),
imam Abu Hanifah, imam Malik, imam Syafi’i, imam Ahmad bin Hambal (imam empat
madzhab), ibn Sina, al-Razi, dan masih banyak lagi.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh keturunan al-Abbas
paman Nabi Muhammad Saw. Abdullah al-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin Abbas. Dinasti Abbasiyah berkuasa dalam waktu yang sangat lama
yaitu sekitar 508 tahun. Dalam rentang waktu itulah Islam menemukan momentum
bangkitnya kebudayaan dan keilmuan.
Perkembangan dinasti Abbasiyah dapat dikodifikasikan
menjadi tiga periode, yaitu:
1. Periode perkembangan dan puncak
kejayaan (750-950)
2. Periode disintegrasi (950-1050)
3. Periode kemunduran dan kehancuran (1050-1250)
Terjadinya disintegrasi ini yang nantinya akan
berdampak pada gangguan intern dalam konsolidasi pemirintahan, politik, yang
mana lambat laun akan menyebabkan kehancuran pemerintahan itu sendiri.
Banyaknya dinasti-dinastikecil yang ingin meminta otonom tersendiri menjadi
salah satu tanda yang signifikan akan terjadinya sebuah isintegrasi.
Bab 2: Kajian kritis dialektika fenomenologi dan Islam.
Islam merupakan produk Tuhan. Dimana banyak
beranggapan bahwa kajian Islam adalah Arab (berdasarkan turunnya Islam). Seakan
yang tidak ikut budaya, kultur Arab dianggapnya kafir. Dalam bab ini penulis
menggambarkan metode kajian filsafat fenomenologi untuk mencari
otentitas agama secara umum dan otentitas Islam secara khusus dengan
melalui pendekatan studi agama.
Fenomenologi mempunyai
arti gejala, metode, sumber berfikir yang kritis. Fenomenologi memperhatikan
benda yang konkrit, dalam pengertian bukan wujud dari benda itu melainkan
struktur pokok dari benda tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk memahami
arti, peristiwa serta keterkaitannya terhadap orang – orang dalam situasi
tertentu.
Pada seperempat abad
yang pertama dari abad ke-20, fenomenologi menjadi mashur sebagai gerakan
filsafat di Jerman yang kemudian menjalar ke Perancis dan Amerika Serikat yang
dipelopori oleh Edmund Husserl, dan sekarang telah menjadi salah satu disiplin
ilmu baru dalam filsafat. Fenomenologi mengakui empat kebenaran secara
aksiologi. Salah satu tokoh Islam yang menggunakan fenomenologi dalam melihat
Islam yaitu Hassan Hanafi, dengan bertumpu pada tiga alasan.
Dengan ini, sebenarnya
dipersoalkan kebenaran pengertian kita untuk mencari pemecahan soal ini harus
dilihat pendirian kita sehari-hari dalam mengartikan pengertian.
Bab 3: Filsafat materialisme Karl Mark dan Friedrick
Engels
Filsafat seringkali disebut sebagai ilmu yang
menyelidiki dan menentukan tujuan terakhir serta makna terdalam dari realita
manusia. Filsafat juga dikatakan sebagai ilmu berfikir. Dalam bab ini penulis mengemkakan
beberapa pemikiran studi filsafat materialisme Mark Karl dan Friedrick Engels.
Karl Heinrich Mark lahir di Trier,
Jerman pada bulan Mei 1818. Ia ahli filsafat, namun dikenal sebagai lelaki yang
payah, otoriter, serta suka memburukan temannya. Ia memiliki sahabat karib yang
bernama Friedrich Engels, yang lahir di Barmen Jerman 1820. Mereka berdua
mendapat julukan “Bapak Pendiri Komunis”, karena beberapa ide yang berhubungan
dengan Marxisme, serta menulis Menifesto Partai komunis (1848).
Materialisme muncul sebagai reaksi ketidak sepakatan
terhadap positivisme dan idealisme. Marx menganggap bahwa materi adalah hal
yang utama, sementara pikiran wilayah konsep dan ide yang begitu penting bagi
para pemikir yang sebenarnya hanya refleksi. Secara khusus prinsip itu
mendasari dua tema yang menjadi inti pemikiran Mark yaitu: keyakinan bahwa
realitas ekonomi menentukan perilaku manusia, tesis bahwa manusia adalah cerita
perjuangan kelas.
Bab 4: Skeptisisme
otentitas hadits: kritik orientalis Ignaz Goldziher
Hadits merupakan bagian dari sumber agama Islam.
Pemahaman haditsdengan sebagaimana mestinya ini ternyata tidak dilakukan semua
orang. Akan tetapi diluar Islam ada kalangan yang meragukan hadits sebagai
sabda nabi yang bersifat suci.
Goldziher adalah seorang orientalis Hongaria, termasuk
keturunan Yahudi. Goldziher telah menunjukan mutu intelektualnya yang tinggi
sejak muda. Sesudah mempelajari manukriskip Arab di Leidin dan Weina pada tahun
1871, dia diangkat menjadi dosen privat di Budapest.
Hadits-hadits sebenarnya adalah rekayasa umat Islam
dalam kurun kedua, ketiga hijriah yang mereka sandarkan pada perkatan,
perbuatan, dan ketetapan Nabi. Lebih parahnya ada yang beranggapan bahwa isnad
dibuat oleh ahli-ahli hadits untuk membenarkan dirinya sendiri. Lebih dari pada
itu dalam bukunya Muhammadanische studiens ia mengatakan bahwa
hadist bukan berasal dari Rasulullah, melainkan hanya catatan atas kemajuan
Islam yang dicapai dalam bidang agama.
Bab 5: Telaah Sosio-Kultural: Manhaj Ahlul Madinah
Sepeninggal Rasul, umat islam dihadapkan dengan
permasalahan tentang metode istimbad hukum agar bisa menjawab
serta menetapkan hukum terhadap suatu permasalahan yang muncul. Olehh karena
itu, muncullah fatwa yang dibuat oleh mufti, biasanya diberikan untuk
memecahkan masalah-masalah kontemporer.
Perbandingan tersebut pada umumnya terbatas dalam
lingkungan madzhab pembahasannya saja. Hal ini dapat dilihat dari para fuqoha
meletakkan peraturanyang diambil dari al-Quran, as-Sunah, ijma’, dan qiyas.
Dalam dasar-dasar syariat Islam sendiripun tidak ada
yang asli produk Islam. Seperti halnya sahadat, sholat, puasa, dimana sebelum
disyariatkan dalam Islam, syariat ini sudah dipakai oleh kaum-kaum sebelum
Islam. Untuk menelaah apakah dalam pemikiran Islam tedapat unsur otentitas,
tentuntya perlu ditelusuri dan dipahami
secara kritis.
Bab 6: Postmoderenisme: Realitas Filsafat Kontemporer
Gerakan postmodernisme telah merambah ke berbagai
bidang kehidupan, termasuk seni, ilmu, filsafat, dan pendidikan. Arus postmodernisme,
merupakan respon keras atas modernisme
yang mewarnai dan mempengaruhi diskursus intelektual di negeri ini.
Menurut J. F. Lyotard, dalam bukunya La Condition
Postmoderne, postmodernisme adalah ketidak percayaan terhadap kebebasan,
emansipasi kaum proletar, dan sebagainya. Bagi dia, postmoodernisme adalah
sebuah intensifikasi modrnisme.
Sedangkan menurut I Bambang Sugiharto, postmodernisme
adalah menunjuk kritik-kritik filosofis atas gambaran dunia, epistemologi dan
ideologi-ideologi modern.
Tentang masalah modernisme terdapat dua aliran yang
berbeda pendapat. Postmodernime skeptis menjawab setelah modernisme yang ada
hanyalah pluralisme radikal atau relativitas, tanpa adanya makna atau kebenaran
tunggal yang berperan sebagai pusat. Dalam Islam kajian postmodernisme
menimbulkan adanya harapan yaitu timbulnya pluralitas dan sikap toleransi tapi
sekaligus menimbulkan ancaman.
Bab 7: Potret metode dan corak tafsir Al-Azhar
Quran adalah kalam Allah yang tiada tandingannya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat Jibril. Agama
memang membutuhkan tafsir untuk memudahkan umatnya dalam memahami makna pesan
Tuhan dalam kitab sucinya, bahkan sering
terjadi ketegangan dalam agama, misalnya dimana penafsiran antara ortodok dan
liberal yang keduanya jauh erbeda dalam pemaknaannya. Salah satu kitab tafsir
yang terbit di Indonesia adalah tafsir al-Azhar karya Hamka.
Hamka merupakan cendekiawan mislim progresif asal
tanah minang, yang mengiginkan kebangkitan kaum muslim dalam memerangi kebodohan.
Penulisan tafsir al-Azhar berasal dari kuliah subuh di Masjid al-Azhar, sejak
tahun 1959. Karena suasana polotik yang tidak mendukung Hamka di tangkap oleh
penguasa Orde Lama, karena dianggap tidak sesuai dengan kebijakan dan dianggap
membahayakan penguasa. Dimasa tahanan inilah Hamka mulai menulis Tafsir
Al-Azhar. Setalah bangkitnya Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto
akhirnya Hamka dibebaskan dari tuduhan. Kesempatan inilah digunakan untuk
memperbaiki serta menyempurnakan, kemudian menerbitkannya.
Dalam penulisannya, Hamka menggunakan beberapa metode,
yaitu: metode analitis (tahlili), corak kombinasi al-Adabi al-Ijtima’i
Sufi.
Bab 8: Diskursus metode hermeneutika Al-Qur’an
Umat Islam baru-bary ini lebih suka memahami Quran
dalam kehidupan sehari-hari secara tekstual. Akibatnya minimnya analisis
historis-sosiologis-hermeneutis terhadap Islam, makanya Qur’an bisa tereduksi
ataupun terputus dari konteks dan relevansi historisnya.
Hermeneutika secara etimologis berasal dari bahasa
Yuanani yang berarti menafsirkan, menjelaskan, menginterpretasi. Hermeneutika
mulai berkembang menjadi ilmu metode kritik histiografi sejak abad 18, dimana
bangsa Eropa sedang mengapresiasi terhadap seni klasik. Yang dimaksud metode
hermeneutika adalah cara-cara untuk menafsirkan simbol-simbol yang terwujud
dalam teks atau bentuk-bentuk lainnya.
Menurut Richard E. Palmer, hermeneutika dibagi menjadi
6 kategori: sebagai teori penafsiran kitab suci, sebagai metode filologi,
sebagai pemahaman linguistik, sebagai pondasi dari geisteswissenschaft, sebagai
fenomenologi dasein, sebagai sistem interpretasi.
Bab 9: Jawa dan Tradisi Islam Penafsiran Historiografi
Jawa Mark Woodward
Mark R.Woodward adalah seorang profesor Islam dan
agama-agama Asia Tenggara di Arizona State University. Sosok yang sangat tegas
menyatakan bahwa Islam Jawa adalah Islam.
Mark berpendapat bahwa Islam Jawa yang kemudian
disebut sebagai “kejawen” sejatinya bukan sinkretisme antara Islam dan Jawa,
tetapi tidak lain hanyalah varian Islam. Seperti halnya berkembang Islam Arab,
Islam India, Islam Maroko, Islam Syiria, dan lain-lain. Yang paling mencolok
dari Islam Jawa menurutnya adalah kecepatan dan kedalamanya menekan masyarakat
Hindu-Budha yang paling maju atau sophisticated. Perubahan itu
terjadi begitu cepat. Sehingga masyarakat Jawa seakan tidak sadar kalau sudah
terjadi transformasi sistem teologi.
Bab 10: Reinterpretasi
Profil Peradaban Islam
Islam pernah mengalami
kejayaan yang luar biasa, adapun pusat peradaban Islam saat itu berada di Baghdad,
Kairo. Persia, Istambul (Turki). Ketika itu Islam memiliki perpustakaan yang
dipenuhi beribu–ribu buku ilmu pengetahuan yang disebut Bait al Hikam (Baghdad),
adanya pembaharuan dibidang administrasi, pembangunan ekonomi, serta toleransi
beragama, melakukan pembangunan di berbagai sektor (Persia, Istambul). Kemajuan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: adanya niat baik
dari penguasa untuk memajukan Islam, Sumberdaya manusia yang handal, serta
letak geografis. Namun karena kelengahan umat Islam, kejayaan itupun akhirnya
rutuh yang ditandai dengan runtuhnya dinasti Abbasiyah oleh pasukan Mongol.
Kritik dan Saran
1. Banyak istilah-istilah ilmiah yang
seukar dipahami semua golongan, seakan buku ini hanya untuk kalangan akademik.
2. Ada beberapa istilah, penulisan,
serta kata-kata yang rancau, seperti dihalaman 4, 29, 32, dan 140.
3. Harusnya bab 1 dan 10 dijadikan
dalam satu bab.
4. Pada bab ketiga, alangkah lebih
baiknya jika diimbangi dengan filosof dari Timur Tengah (Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar